Minggu, 08 Desember 2013

Diskusi : Kisah Tempo Dulu - Inspirasi.co

Diskusi : Kisah Tempo Dulu - Inspirasi.co

Diskusi : Kisah Tempo Dulu - Inspirasi.co

Diskusi : Kisah Tempo Dulu - Inspirasi.co

Diskusi : Kisah Tempo Dulu - Inspirasi.co

Diskusi : Kisah Tempo Dulu - Inspirasi.co

Diskusi : Kisah Tempo Dulu - Inspirasi.co

Diskusi : Kisah Tempo Dulu - Inspirasi.co

Diskusi : Kisah Tempo Dulu - Inspirasi.co

Diskusi : Kisah Tempo Dulu - Inspirasi.co

Diskusi : Kisah Tempo Dulu - Inspirasi.co

Diskusi : Kisah Tempo Dulu - Inspirasi.co

Diskusi : Kisah Tempo Dulu - Inspirasi.co

Diskusi : Kisah Tempo Dulu - Inspirasi.co

Diskusi : Kisah Tempo Dulu - Inspirasi.co

Diskusi : Kisah Tempo Dulu - Inspirasi.co

Diskusi : Kisah Tempo Dulu - Inspirasi.co

Diskusi : Kisah Tempo Dulu - Inspirasi.co

Diskusi : Kisah Tempo Dulu - Inspirasi.co

Diskusi : Kisah Tempo Dulu - Inspirasi.co

Jumat, 11 Oktober 2013




[Puisi] Veteran Bicara

Bertepi berdasar risalah seorang renta

Pertiwi tersengat mentari dini
Ratus juta penghuni bersiap diri
Jarum detik mengiringi langkah
Merangsang impuls mendengar petuah

Pada eranya kami bertumpu satu
Berpegang teguh membangun padu
Jiwa-jiwa berkumpul mengutuh
Tegak berontak melawan benalu

Ratapku hari ini

Tangan-tangan merayap tanah
Kaki penguasa tak sama tinggi dengan kepala rakyatnya
Air mata mereka dikuras pemeras
Tubuh mereka ditelanjangi penegak neg'ri
Ironi

Mati terkapar di neg'ri sendiri
Bukan karena takdir
Tapi penjajah konstitusi yang memutus nadir

Jantungnya tak berdetak
Matanya melek terbelalak
Kakinya diam tak beranjak
Tubuhnya hilang raga, jasadnya hilang nyawa
Miris...

Untuk generasimu
Hidupkan jati diri neg'ri
Dendangkan irama melodi tentang simfoni
Agar mereka tergugah hati
Bahwa hidup di neg'ri ini patut disyukuri, katanya.


Aldy Raenaldy
Kamis, 31 Maret 2012

[PUISI] Senja



Kau, sendu ketika malam
Kau, bergelimang senyum ketika matah'ri tampak
Kau, diabaikan
Aku, diacuhkan
Segala yang dulu sekarang tak lagi ada
Dalam malam aku bukanlah kau, senja

27 November 2012 

00:12

[PUISI] -nya mereka

Ketika mereka ku tunggu, yang datang angin membawa bisa
Ketika mereka menyapa, yang diam aku dengan tundukan kepala
Ketika angin membawa bisa, mereka datang menyapa
Ketika aku tundukan kepala, mereka menyadari aku menunggunya

Bibir-bibir kecil penuh racun sedalamnya

Tangkai mawar telah busuk dari dalamnya

Rantai patah besi telah memutusnya

Serangkaian kata pada mereka, kataku

[PUISI] Balada Pecari Pahala

Suatu ketika pada malam purnama
Jamak manusia memboyong pahala
Satu hari saja
Dibekap berkah untuk akhirat sana

Dua malam – tiga malam – empat malam, malam sepuluh
Tinggal manusia sesepuh
Pejuang muda lemas mengeluh
Sungguh pilu
Bekal surga, mereka seperti tak mau

Malam sebelas – malam duabelas – malam tigabelas .... malam sembilanbelas
Sesepuh masih berdiri tegas
Tangkas dan memangkas pahala dengan selaras
Muda-mudi kembali terkoyak imbas
Untukmu, *keras dan panas

Malam dua puluh sampai malam dua puluh lima
Saf tiga, empat, lima hingga halaman Masjid seakan tak ada
Lagi, sesepuh membuatNya terkesima
Lantang mereka berbicara
Tak henti mereka melantunkan doa
Kembali, muda-mudi rontok seluruhnya

Malam dua puluh enam, dua puluh tujuh, dua puluh delapan, dua puluh sembilan, dan tiga puluh
Seraya bersorak riuh
Malam kemenangan disambut haru
Dosa-dosa runtuh meluruh
Setiap harta, setia jiwa, setiap raga disucikan kembali olehMu

1 Syawal 1433 Hijriah
Hari itu kemenangan tiba
Sesepuh habis masanya, muda-mudi terbelah tabiatnya
Kemenangan ini milik kita
Sambutlah dengan suka cita
Seluruhnya berkumpul utuh, merangkul pahala, binasakan dosa

Allahu Akbar
Allahu Akbar
Allahu Akbar
Laa ilaaha illallah Wallahu Akbar
Allahu Akbar Wa Lillahil-hamd

Mohon Maaf Lahir dan Batin

Aldy Raenaldy
16 Agustus 2012
Jakarta Utara

[PUISI] Hee Yaya

Heeee yaya heee yaya
Yaya heee yaya heee

Lampu redup
Angin bertiup
Cukup!
Tak lagi sanggup!

Heee yaya heee yaya
Yaya heee yaya heee

Masihkah ada tinta putih kebaikan menetes dari langit?
Masihkah ada suci embun tumbuh subur dari tanah gembur?
Masihkah ada tangan-tangan pemberi memijakkan kaki di bumi?

Heee yaya heee yaya

Seketika gelap!

Ada hujan untuk diharap!
Ada padi untuk digarap!
Ada manusia ikhlas hati tak rakus kalap

Heee yaya heee yaya
Yaya heee yaya heee

Cukup!
Mereka tak akan sanggup!

Lihat!
Air berkah
Padi merekah;
Namun, manusia serakah.

Tutup mulutku dengan kebisuan
Ikatkan tanganku dengan tali tamak kalian
Dan hancurlah aku pada akhirnya di kemudian

Heeeeee yayaya
Emmmmmmmm


Aldy Raenaldy
Selasa, 2 April 2013
23.48 WIB